Monday, November 5, 2012

Rizaldy dan Breakthrough Retreat

Ada yang pernah dengar istilah breakthrough retreat? Well, gue gak tahu apakah istilah ini sudah dipakai di luar sana atau belum, tapi barusan kata-kata itu muncul begitu aja di kepala. Gue belum sempat mengecek juga status kepemilikan dari kata ini, ya udah samber ajalah hahaha...

So, let's get to the topic then...!

Kalau kita mendengar kata retreat, penggambaran yang timbul di kepala adalah kabur, mundur, lari dari kenyataan (asek bahasa gue). Dan memang, terkadang kita butuh untuk sejenak menyingkir dari hingar bingar masyarakat, menjauh dari hiruk pikuk dunia. Tujuannya sih sederhana, supaya kita bisa instropeksi diri, merenung, atau cuma sekedar menikmati kesendirian sementara waktu. Bagi teman-teman yang belum pernah melakukan ini, coba deh barang sekali aja. Rasanya sepi, tenang, damai. Satisfaction guaranteed.

Pagi ini, gue baru aja melakukan breakthrough retreat. Gak sengaja sih sebenarnya. Jarang-jarang gue naik kereta RE (Regional Express) dari rumah ke kampus sendirian. Minimal biasanya berdua lah sama teman. Mumpung sendirian, gue iseng-iseng melakukan sesuatu yang gak bisa gue lakukan kalau lagi bareng-bareng, gue iseng-iseng merenung. Cengak-cengok plonga-plongo kayak orang bego gue bertopang dagu, syahdu nikmati hijaunya alam liar, sembari terombang-ambing dalam buaian kereta yang terus melaju. Tambah lagi cuaca dingin yang membalut udara (suhu sekitar 5 derajat pagi tadi), cukuplah membuat gue terhanyut dalam kesendirian.

Selama di Jerman, gue paling suka kalau mendapati gue sedang sendiri di tengah cuaca dingin. Apalagi sambil duduk terbawa maju bus atau kereta. Pasti langsung tenang, damai, santai... 

Saat-saat seperti itulah gue merasa anteng dan relaks, ujung-ujungnya ide-ide brilian kerap bermunculan. 

Gue selalu suka menulis novel kalau sedang sendiri dalam cuaca dingin, gue lebih suka belajar kalau sedang sendiri dalam cuaca dingin, bahkan gue kepikiran untuk berbagi breakthrough retreat tadi pagi pas sendiri dan cuaca lagi dingin-dinginnya. And I consider that as my breakthrough retreat. 

Kenapa gue kasih nama breakthrough retreat? Gue sebut itu retreat karena gue sejenak 'menghilang' dari peradaban. Menyingkir, menyendiri, supaya ilham dan daya imajinasi gue bisa nongol begitu saja tanpa gangguan dari apapun atau siapapun. Pure creativity, very authentic. Selanjutnya kata breakthrough yang berarti mendobrak. Gue berharap banget sebanget-bangetnya, dengan kreativitas otentik yang didapat dari 'pelarian', gue bisa kembali ke masyarakat dengan ide-ide segar dan cemerlang untuk diaplikasikan. Gue ingin melakukan dobrakan-dobrakan baru dengan pemikiran-pemikiran gres yang mungkin sebenarnya ide itu simpel dan sederhana, cuma belum bisa kelihatan dari permukaan karena air terlalu keruh dan beriak hebat di atas sini.

Okay, I get it now! For me personally, pemikiran-pemikiran kreatif bakal muncul saat sedang, pertama, menyendiri dan kedua, cuaca dingin. Kombinasi keduanya berhasil membantu gue melihat lebih jernih, apalagi kalau kepala lagi pusing, puyeng, bin kliyengan. Bukan berarti gue ansos dan gak suka matahari lho ya! Justru sebaliknya gue doyan bergaul dengan teman-teman untuk mengusir kejenuhan (anak gaol Berlin getoo deh...). Gue juga kangen sama matahari Indonesia yang bersinar nyata, gak seperti mentari Jerman yang berpendar fana (gak ada panas-panasnya sama sekali, menang di terang doang).

So, I know about myself a little bit right now. And I just want to ask you one simple question. What is your breakthrough retreat?

Breakthrough retreat gue pagi ini

0 comments:

Post a Comment