Sunday, November 4, 2012

Rizaldy dan Jangan Dibawa Susah

Suatu hari datang menyambangi seorang kawan di sebuah tempat gue biasa mejeng di Berlin.

*Perhatian: Kalimat di bawah ini bukan bermaksud narsis.*

"Zal, gue salut ama lo. Gue kenal lo dari badan lo gemuk dulu (informasi lebih lanjut baca Rizaldy dan Badan Besar), eh cuma dalam waktu setahun kurang kok bisa sih badan lo bagus begini?" *Sekali lagi, bukan narsis lho ya. Kalau masih menganggap narsis juga silakan.*

Gue jawab aja sejujurnya (karena memang kenyataannya begitu, ngapain juga ditutup-tutupi), "gitu ya? Alhamdulillah. Iya nih, gue rutin berolahraga."

"Olahraga, Zal?" Sambung dia.

"Iya." Gue meneruskan kalimat berupa ajakan untuk menggalakkan olahraga di waktu kosong.

"Males, ah!" Responnya. "Pasti berat deh, harus lari-lari gitu. Keringetan, capek. Ogah ah. Itu kan susah."

Ya, benar! Jujur gue akui itu susah kok. Bayangin aja, sekeras apa usaha yang gue lakuin (atau mungkin teman-teman juga pernah mencoba) untuk mengurangi kadar lemak dari dalam tubuh yang berbobot 85 kg menjadi sekitar 64 kg sekarang. No discussion, no playing around, just wake up and DO it!

Kalau kita ingat-ingat lagi, terkadang sering kita mengeluh, keberatan dengan masalah yang kita hadapi. "Duh, kuliah gue susah banget nih. Duh, kerjaan gue susah banget nih. Duh, buat menaklukkan cinta doi susah banget nih. Duh, skripsi susah banget nih." Semuanya serba susah.

Dan memang! Semua itu MEMANG serba susah!

Kalian tahu kan kalau Tuhan selalu menguji kita supaya kita naik kelas menjadi orang yang lebih positif lagi? Sekarang coba kita renungkan deh, ada gak sih ujian yang mudah? Nggak ada! Kalau mudah itu namanya iseng-iseng. Sekedar mengisi waktu kosong doang. Kenapa Tuhan kasih kita masalah yang susah itu supaya Tuhan nunjukkin LANGSUNG ke kita kalau kita bisa ngelewatin problem pelik yang belum pernah kita hadapi itu.

Tuhan sendiri kan yang bilang kalau Dia menurunkan masalah, maka penyelesaiannya juga ikut turun serta mendampingi. Tinggal kitanya aja nih, mau bagaimana kita selesaikan ini masalah. Kalau sudah keburu mikir susah, mumet, ruwet, ya pasti bakal enek duluan.

Dipikir susah, ya memang sudah susah. Untuk apa lagi menambah beban di otak dengan terus-terusan menganggap "ini susah, ini susah." Dipikir susah, ya memang susah.

So, gimana dong? Ya udah, dibawa santai aja lagi. Mau kita pikir susah atau gampang sekalipun, toh skripsi harus selesai sesuai target kan? Ya sudah, dibawa relaks aja lah. Setidaknya kalau kita menghadapinya dengan lebih tenang, itu pertolongan dan jawaban yang datangnya LANGSUNG dari Tuhan bakal kelihatan kok. Sangat jernih. Meski dari arah yang tidak diduga-duga.

Kalau kata orang-orang sih, "santai, kayak anak pantai." Mungkin itu terdengar nyeleneh, tapi ya memang benar. Santai aja. Relaks aja. Jalani aja masalah yang sekarang kita sedang hadapi. Woles... 

Mau dibawa susah ya memang susah, jadi untuk apa lagi ditambah ribet dengan pemikiran yang justru bisa mematikan segala kreatifitas kita. 

Pernah dengar istilah the power of kepepet? Terkadang ide brilian kita muncul kalau kita sedang kejepit. Kepepet mau ujian, kepepet harus nyelesaiin bab skripsi, kepepet banyak lagi deh contohnya. Kira-kira ide kepepet itu bakal mencuat gak kalau kita selalu depresi, memble, seolah menjadi makhluk paling menderita sedunia? Tidak kan?! Terkadang kita kelimpungan harus menyelesaikan tugas dari dosen membuat sebuah website padahal kita tidak mengerti soal bahasa pemograman, kita berpikir itu suuuusssaaaaaah banget, sampai-sampai membutakan kita kalau ternyata teman satu asrama kita jago informatik.

See? Jadi kalau ada masalah, jangan dibawa susah. Mau dibawa susah atau tidak itu tetap saja susah. Santai aje jek. Hadapi dengan senyuman, dada membusung, berjalan tegap, sambil cari solusinya. Insya Allah, manjur. 

Kisah nyata. Sudah terbukti khasiatnya. Bukan rekayasa belaka.

Mau mencoba juga resep 'jangan dibawa susah'? Selamat menikmati dan rasakan manfaatnya!

0 comments:

Post a Comment