Sunday, December 2, 2012

Rizaldy dan Rivalitas Mentalitas

Usai mengajar Kursus Bahasa Indonesia, gue duduk-duduk sebentar bersama dengan rekan sesama pengajar. Namanya Mbak Sari, baru dua tahun di Jerman (saat tulisan ini disebarluaskan), sudah menikah dengan orang Jerman asli.

Iseng-iseng ngabisin waktu, kita ngobrol seputar apa aja yang lagi hangat. Termasuk yang satu ini nih, masih anget banget fresh from the oven. Berita tentang 'perseteruan' antara PPI Berlin dan DPR plus komentar-komentar kontroversial dari Bapak Marzuki Ali, sampai kabar-kabar tentang kegiatan kita sehari-hari.

Iseng-iseng dia nanya gue, "Kamu kan udah empat tahun Dy di Jerman. Kalau kamu disuruh ngedengerin pidato dari para politisi Jerman kamu ngeh gak artinya apa?"

Sontak gue terbahak. Jujur belum bisa. Bahasa Jerman gue cuma sebatas percakapan sehari-hari plus dikit-dikitlah istilah-istilah akademis seputar materi perkuliahan (mau gak mau yee kan, biar cepet ngerti apaan maksudnya).

Lalu Mbak Sari melanjutkan, "kamu tahu gak, Dy? Suamiku itu kan mau belajar bahasa Indonesia sama aku. Sekarang sih udah bisalah dikit-dikit ngomong. Kemarin ya, waktu aku ajarin dia lagi, dia malah bicara pelan-pelan gitu, hati-hati banget sama pemilihan katanya."

"Wah, hebat dong. Ngomong sambil mikirin gramatik." Jawab gue.

"Bukan itu, Dy. Masalahnya gini lho. Orang sini nih paling malu kalau berbuat salah."

"Ah, masa' sih, Mbak?"

"Iya. Soalnya kalau mereka salah, pasti langsung dianggap bodoh. Setidaknya itu yang ada di pikiran mereka."

"Ampe segitunya?!" Gue terkejut banget dengar pernyataan Mbak Sari. Gue malah balik mikir, bukannya wajar ya kalo nanya karena gak tahu atau berbuat salah? Kan emang manusia gak ada yang sempurna, masih banyak ruang untuk pembelajaran.

Usut punya usut - menurut Mbak Sari sih -, emang benar kalau orang Jerman kebanyakan masih malu berbuat salah. Banyak nanya pun sebenarnya mereka ogah-ogahan, karena diyakini "gue goblok banget ya nanya mulu."

Bahkan, suami Mbak Sari bilang begini, "wir sollten ja natuerlich gut informieren". Artinya, tentu saja kita sebaiknya TERINFORMASIKAN dengan baik. Buset, ampe segitunya pemikiran cadas mereka. Harus bisa sendiri cari-cari informasi, kalau perlu gak usah nanya deh biar gak dikira bego.

Ckckck... Gue gak tahu harus berkomentar apa tentang mentalitas orang Jerman yang satu ini. Pengen kagum tapi gimana... Toh, kalau emang gak paham ya tanya aja. Itulah gunanya kita memiliki potensi dan kemampuan unik per individu, supaya bisa saling mengisi dan melengkapi. 

0 comments:

Post a Comment