Thursday, March 20, 2014

Rizaldy dan Caleg Unik

Tulisan ini hanya sekedar sarana mengemukakan pendapat tanpa memihak, mendukung, atau menyokong pihak tertentu. Gue penganut LUBER dan JURDIL. Insya Allah kagak golput. Dan memang sebaiknya kita jangan sampai golput. Gunakanlah hak suara kita untuk memilih para penentu kebijakan bangsa.

Oke, let's go to the topic. Mungkin teman-teman pernah melihat atau membaca di beberapa media cetak dan elektronik tentang banyaknya jumlah peserta pemilu legislatif yang unik dan lain dari yang lain. Tahun 2014 ini banyak wajah caleg yang notabene-nya muncul dari golongan menengah ke bawah.

Perlu ditegaskan, gue gak mau menyebutkan siapa nama mereka dan bertarung di dapil mana. Gue gak mau promosiin mereka cuma-cuma (kalau dibayar sih bisa lah dipertimbangkan hahaha...). Ini hanya sekedar menyampaikan pendapat saja sebagai seorang pemilih. Sebagai pemilih, kita tentu ingin mengenal siapa saja yang nantinya akan mewakili kita bukan?

Banyak banget berita-berita menarik seputar caleg bermunculan menjelang pemilu. Para caleg ini memiliki sumber mata pencaharian yang mungkin kita anggap remeh. Sebut saja badut keliling, tukang ojek, tukang seduh kopi, pedagang warteg dan bisa saja nanti akan lebih banyak lagi bermunculan caleg berprofesi tertentu yang biasanya ditekuni masyarakat ekonomi bawah.

Kemunculan mereka dianggap sebagai angin segar bagi para penikmat pesta demokrasi. Ya iyalah... Mereka dirasa lebih mampu menyampaikan suara warga Indonesia (terutama di dapil mereka) daripada yang lain. Karena berasal dari golongan bawah, maka mayoritas masyarakat menganggap mereka lebih mengerti keperluan dan keluhan golongan bawah daripada caleg-caleg kurang ajar yang cuma manis dan dekat di hati saat pemilu saja seperti yang sudah-sudah. Kehadiran caleg-caleg tak biasa ini bisa saja menjadi sangat diperhitungkan atau mungkin juga mampu menjadi senjata ampuh untuk pemenangan sebuah partai.

Seperti mereka yang punya hak untuk dipilih, gue pun memiliki hak untuk memilih, termasuk mengenal profil serta alasan mereka bertarung di pemilu 2014. Jadi, sekali lagi perlu diingatkan, tulisan ini tidak untuk memihak, menjatuhkan atau mendiskreditkan siapapun. Hanya berpendapat saja. Boleh dong, kan negara demokrasi. Semuanya boleh bersuara. 

Sejauh ini, profil para caleg tak biasa ini sudah memenuhi syarat sesuai UU. Mereka memang sah melaju ke babak pertarungan. 

Tapi kenapa ya kira-kira mereka maju? Beberapa partai mengklaim telah menawarkan mereka menjadi caleg. Artinya, mayoritas bukan karena keinginan pribadi. Nah, sekarang yang mencuat di kepala gue, kenapa nih kok tumben-tumbenan beberapa partai bermanuver begini? Kalau gue mau berbaik sangka, beberapa partai ini memang benar-benar menerapkan UU yang menyebutkan bahwa siapapun bisa menjadi caleg selama memenuhi syarat dan ketetuan UU yang berlaku. Mereka sangat baik bersedia memberikan kesempatan kepada para caleg unik ini untuk menyembul ke permukaan. Bisa saja, para caleg ini lebih mengerti dan mampu menyuarakan aspirasi rakyat. Karena sesungguhnya keberanian, ketegasan, kejujuran dan kebaikan hati tidak bisa diukur melalui materi semata.

Sebaliknya bisa saja otak gue ngaco dan mikirin yang aneh-aneh. Sekarang gue mencoba menyampaikan pendapat sisi berburuk sangka yang juga tetiba muncul teriring kemunculan para caleg unik ini. Karena mayoritas (atau bahkan mungkin semuanya) ditawarkan oleh partai (bukan karena kemauan sendiri), apakah ini adalah salah satu cara "cantik" partai untuk mendulang suara? Terserah siapa calegnya, yang penting kuota kursi terpenuhi dulu untuk bisa (tetap) menancapkan taringnya di panggung pemerintahan Republik Indonesia. Para caleg tak biasa ini tak ubahnya hanya menjadi pendulang suara simpatisan belaka?

Hmm..... *garuk-garuk yang bisa digaruk*

Terdengar klise memang, tapi marilah kita menjadi pemilih yang cerdas dan kritis. Siapapun calegnya, marilah kita kenali lebih dalam siapa mereka sesungguhnya. Sebisa mungkin jangan golput. Kalau kita sudah yakin ada yang sreg tapi malah golput, yah... jangan gondok kalau ternyata orang baik, jujur dan tegas pilihan hati dan pikiran kita kalah, nasib kita serta ratusan juta penduduk Indonesia kembali menjadi eksperimen para pemangku negara yang masih banyak memakan hak rakyat demi kepuasan pundi-pundi pribadi semata.

0 comments:

Post a Comment